Rabu, 15 Februari 2012

Seberapa Stabilkah vakum kita?



 
Sabtu, 30 April 2011 - Fisika kuantum, studi “perilaku dan interaksi materi dan energi ganda mirip partikel dan gelombang” adalah istilah ilmiah untuk “gila banget nih fisika.” Bidang ini telah memunculkan banyak teori gila-gilaan tentang kehidupan, alam semesta dan segalanya. Salah satu yang paling aneh adalah teori yang mengatakan kalau kita (artinya “kita, semua orang dan segalanya di alam semesta”) ada dalam kondisi vakum palsu. Banyak istilah abstrak seperti “gelembung” dan “level vakum” terlibat, namun gampangnya, ini berarti kalau alam semesta alam semesta terbentuk dari bagian tidak stabil dan berakhir dengan level energi terlalu rendah untuk lebih dari sekedar bertahan. Karenanya,
pada setiap saat, ia dapat berhenti dan menyerah pada tekanan, hanya untuk digantikan dengan level energi yang lebih tinggi.


Dalam makalah mereka, Coleman dan de Luccia mengatakan :
Kemungkinan kalau kita hidup dalam hampa palsu tidaklah menarik. Peluruhan vakum adalah kiamat ekologi puncak; dalam vakum baru ada tetapan-tetapan alam yang baru; setelah peluruhan vakum, bukan hanya kehidupan yang kita tahu akan mustahil ada, begitu juga kimia yang kita kenal. Walau begitu, kita selalu dapat menarik kenyamanan dari kemungkinan kalau mungkin seiring berjalannya waktu, vakum kita akan bertahan, bila bukan kehidupan kita, setidaknya beberapa struktur yang mampu menikmatinya. Kemungkinan ini sekarang sudah terhapuskan.
Kalau kita memang hidup dalam vakum palsu, suatu saat akan terjadi transisi dari vakum palsu menuju vakum asli secara alami lewat penerowongan kuantum. Peristiwa ini akan menciptakan gelembung vakum energi rendah. Gelembung ini akan bergerak mendekati kecepatan cahaya dan menghancurkan Bumi seketika tanpa peringatan. Dengan kata lain, fisika kuantum pada dasarnya mengatakan kalau kiamat dapat terjadi kapan pun.
Menurut penafsiran mekanika kuantum multi dunia, alam semesta tidak harus kiamat seperti ini. Tapi setiap peristiwa kuantum yang menciptakan peluruhan dari vakum palsu menuju vakum sejati, alam semesta membelah menjadi beberapa alam semesta baru. Beberapa akan mengalami peluruhan; sebagian lagi tetap seperti biasanya.
Ada teori yang mengatakan kalau pemercepat partikel yang menghasilkan energi sangat tinggi dalam volume sangat kecil dapat menciptakan kepadatan energi yang cukup untuk menerobos penghalang dan merangsang peluruhan vakum palsu menjadi vakum energi rendah. Hutt dan Rees, walau begitu, telah menentukan kalau karena kita telah mengamati tumbukan sinar kosmik dengan energi jauh lebih tinggi daripada yang dihasilkan dalam pemercepat partikel bumi, sehingga eksperimen ini tidak akan memberikan ancaman bagi vakum kita.
Pemercepat partikel telah mencapai energi yang hanya mendekati tujuh tera elektron volt (7×1012 eV). Tumbukan sinar kosmik bahkan telah teramati melebihi energi 1018 eV, yang disebut batas Greisen-Zatsepin-Kuzmin. John Leslie berpendapat kalau jika trend sekarang berlanjut, pemercepat partikel pada akhirnya akan melewati level energi yang terjadi akibat tumbukan sinar kosmik alamiah ini pada tahun 2150.

Referensi :
Wikipedia. Quantum physics
Wikipedia. False Vacuum
Referensi ilmiah :
Coleman and F. De Luccia (1980). “Gravitational effects on and of vacuum decay”. Physical Review D21: 3305.
John Leslie (1998). The End of the World:The Science and Ethics of Human Extinction. Routledge
M.S. Turner, F. Wilczek (1982). “Is our vacuum metastable?”. Nature 298 (5875): 633–634.
Piet Hut & Martin J. Rees. How stable is our vacuum? Nature 302, 508 – 509 (07 April 1983)

0 komentar:

Posting Komentar

#This is Dofollow Blog
Tinggalkan pesan atau komentar anda (NO SPAM)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...


~ Mizwar Al-Idrus ~

Mau lebih akrab dg si admin yg gokil, tuh dibawah dah disiapin dua tombol..hehee :)



Site Info

 
ping fast  my blog, website, or RSS feed for Free free search engine submission SES by business degree online promotion team. General Directory

Mizwar007. Copyright 2014 All Rights Reserved Mizwar007 Gate Inspiring Future Science